ilustrasi pemetaan luas wilayah untuk lokasi bandara, membandingkan dengan luas bandara international Juanda dan Ngurah Rai |
Seandainya wacana pembangunan bandar udara di Karesidenan Kediri mempertimbangkan kemungkinan bisa terintegrasinya berbagai moda transportasi lain sepeti kereta dan bus, sehingga memudahkan akses bagi para calon penumpang yang berada di kawasan terdekat dengan Karesidenan Kediri lainnya, seperti Madiun, Nganjuk, Jombang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri, maka menurut hemat saya akan strategis jika bandara tersebut dibangun di sekitar perbatasan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, tepatnya di Kecamatan Ngantru (Tulungagung) dan Kecamatan Kras (Kediri).
Adapun berbagai pertimbangannya antara lain sebagai berikut :
- Berdekatan dengan jalur kereta dan jalur bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) maupun Antar Kota Antar Propinsi (AKAP)
- Sebagia besar lokasinya merupakan lahan persawahan, sehingga biaya pembebasan lahan relatif lebih murah.
- Wilayah Kecamatan Ngantru berada di titik tengah di antara wilayah di karesidenan Kediri serta lokasinya lebih mudah diakses oleh berbagai trayek moda transportasi yang sudah ada selama ini.
Jadwal kereta yang melintas :
1. KA Gajayana (eksekutif) pagi 06.50 WIB dari Jakarta dan sore 15.50 WIB dari Malang (berhenti di stasiun Madiun-Kertosono-Kediri-Tulungagung-Blitar-Wlingi-Kepanjen).
2. KA Majapahit (ekonomi AC) pagi 07.30 WIB dari Jakarta dan sore 20.45 WIB dari Malang (berhenti di stasiun Paron-Madiun-Caruban-Nganjuk-Kediri-Tulungagung-Blitar-Wlingi-Kepanjen).
3. KA Matarmaja (ekonomi) pagi 05.00 WIB dari Jakarta dan sore 19.00 WIB dari Malang (berhenti di stasiun Paron-Madiun-Caruban-Nganjuk-Kediri-Tulungagung-Blitar-Wlingi-Kepanjen).
4. KA Malabar (Eksekutif-Bisnis-Ekonomi) pagi 06.30 WIB dari Bandung dan sore 17.00 WIB dari Malang (berhenti di stasiun Paron-Madiun-Caruban-Nganjuk-Kediri-Tulungagung-Blitar-Wlingi-Kepanjen).
5. KA Malioboro Ekpress (Eksekutif- Ekonomi AC) pagi 01.40 WIB dan siang 13.10 WIB dari Jogjakarta dan siang 10.40 WIB dan malam 22.35 WIB dari Malang (berhenti di stasiun Paron-Madiun-Caruban-Nganjuk-Kediri-Tulungagung-Blitar-Wlingi-Kepanjen)
6. Kereta lokal .. Dhoho Penataran dari surabaya berhenti tiap setasiun sebanyak 4 kali perjalanan setiap hari dan dari Malang berhenti di tiap stasiun juga sebanyak 4 kali perjalanan setiap hari.
Jalur bus AKDP (antar kota dalam propinsi) :
1. Trayek Trenggalek-Surabaya via Kertosono ( rute yang dilewati Trenggalek-Tulungagung-Kediri-Kertosono-Jombang-Mojokerto-Surabaya) (24 jam non)
2. Trayek Trenggalek-Surabaya via Pare ( rute yang dilewati Trenggalek-Tulungagung-Kediri-Pare-Jombang-Mojokerto-Surabaya)
3. Trayek Blitar-Nganjuk via Kediri ( rute yang dilewati Blitar-Srengat-Tulungagung-Kediri-Pace-Nganjuk) bus Kawan Kita
4. Trayek Blitar-Jakarta via Nganjuk ( rute yang dilewati Blitar-Tulungagung-Kediri-Pace-Nganjuk-Madiun-Ngawi) bus Harapan Jaya, Rosalia Indah, dll
5. Trayek Tulungagung-Denpasar via Kediri ( rute yang dilewati Tulungagung-Kediri-Jombang-Mojokerto-Pasuruan-Probolinggo-Jember-Banyuwangi-Denpasar) bus Gunung Harta
6. Trayek Malang-Kediri via Pare lanjut ke Tulungagung (rute yang dilalui Malang-Batu-Pujon-Ngantang-Kasembon-Kandangan-Pare-Gurah-Kediri) bus Puspa Indah, kemudian dari Kediri nyambung dengan bus dari Surabaya.
Berdasarkan peta satelit, terlihat bentangan area persawahan yang berjarak sekitar 3.8 km dari ujung utara hingga selatan, diperkirakan cukup untuk membangun runway sekelas Bandara Juanda.
membentang sepanjang area persawahan berjarak sekitar 3.8 km, atau setara dengan panjang runway bandara Juanda |
ujung utara (melintasi area persawahan, berdekatan dengan perkampungan penduduk dan sungai brantas |
ujung selatan (menlintasi area persawahan dan sedikit berdekatan dengan rumah penduduk |
______________________________
Berbagai wacana berkembang mengenai rencana pembangunan bandara di wilayah Karesidenan Kediri, seperti diwartakan beberapa media online berikut :
Radio ANDIKA || Kediri - Jatim - Tingkatkan perekonomian diwilayah eks karesidenan Kediri dan wilayah barat Jawa Timur, sangat dibutuhkan pembangunan Bandara dalam waktu dekat ini.
Hal itu disampaikan kepala perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto usai menggelar forum bisnis 2016. Menurutnya untuk memacu perekonomian diwilayah eks karesidenan kediri dan wilayah barat di Provinsi Jawa TImur, sudah saatnya dibangun bandara disalah satu daerah di eks karesidenan kediri.
Agar bandara segera terealisasi, semua kepala daerah di eks karesidenan kediri harus duduk bersama dan tidak mengedepankan egonya masing-masing.
Untuk diketahui, beberapa tahun lalu pemkab kediri sudah melakukan studi kelayakan untuk lokasi pembangunan bandara. Namun hasil studi tersebut belum mendapat respon dari gubernur jawa timur.
Namun wacana pembangunan bandara di eks karesidenan kediri kembali mencuat, setelah Bupati Trenggalek Emil Dardak juga berharap adanya bandara.(atc)
Kabupaten Kediri Paling Cocok untuk Bandara Wilayah Mataraman
Kabupaten Kediri mengklaim paling siap membangun bandara di antara kabupaten atau kota lain di eks-Karesidenan Kediri.
________________________________
TEMPO.CO, TRENGGALEK -– Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak mengklaim pembangunan bandar udara di wilayahnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selama ini pertumbuhan di kawasan itu seperti terisolir karena keterbatasan akses transportasi.
Emil mengatakan riset yang dia lakukan bersama beberapa kepala daerah di wilayah eks-Karisidenan Kediri menunjukkan peran penting bandara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Selama ini warga di tujuh kota/kabupaten eks-Karisidenan Kediri yang terdiri dari Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten/Kota Blitar, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Trenggalek membutuhkan waktu sangat lama untuk menggunakan jasa pesawat terbang.
Selama ini masyarakat mengandalkan dua bandara Abdurahman Saleh Malang dan Juanda di Sidoarjo sebagai akses transportasi udara. Padahal jarak kedua bandara tersebut sangat jauh dan mencapai di atas 100 kilometer untuk kawasan yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa seperti Trenggalek dan Pacitan.
Demikian pula bandara Adi Sumarmo di Solo yang cukup jauh diakses oleh calon penumpang dari Kabupaten Pacitan dan Ponorogo yang bersandingan dengan karisidenan Kediri. “Ini yang membuat wilayah ini seperti terisolir,” kata Emil, Jumat 4 Maret 2016.
Jauhnya akses transportasi menuju bandar udara ini cukup menghambat akses masyarakat maupun barang di wilayah eks-Karisidenan Kediri. Sebab satu-satunya alat transportasi yang tersedia hanyalah jalur darat yang menghubungkan wilayah itu dengan kota besar lain yang cukup padat.
Suami artis Arumi Bachsin ini menambahkan pembangunan bandara ini nanti akan mendongkrak keluar masuknya distribusi barang ke Trenggalek, di samping jalur laut yang saat ini juga tengah dibangun pemerintah daerah setempat. Saat ini pemerintahan Emil juga telah menyiapkan pembangunan infrastruktur maritim di beberapa titik kawasan pantai yang berbatasan dengan perairan laut selatan.
Selama ini Kabupaten Trenggalek mengklaim memiliki potensi alam laut yang cukup besar. “Namun arus barang lewat laut dan darat tidak secepat udara,” katanya.
Khusus untuk pembangunan bandara ini, Emil menegaskan dirinya tidak berambisi membangun di wilayah Trenggalek. Bandara ini, menurut dia, bisa didirikan di kabupaten/kota manapun di wilayah eks-Karesidenan Kediri. “Kami tidak ngotot harus di Trenggalek, karena paradigma bandara ini untuk membuka akses ekonomi wilayah eks-Karisidenan Kediri,” tegasnya.
Dia juga optimis kesepakatan para kepala daerah mendirikan bandara ini bisa segera direalisasi seiring terbitnya sinyal positif dari Kementerian Perhubungan. Saat ini pemerintah dan Panglima TNI tengah mengkaji pembukaan wilayah udara di kawasan ini yang sebelumnya menjadi zona latihan pesawat militer Lanud Iswahjudi Magetan.
HARI TRI WASONO
_________________________________
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Guna meningkatkan perekonomian di wilayah eks karesidenan Kediri dan wilayah barat Jawa Timur, pembangunan Bandara sangat dibutuhkan dalam waktu dekat ini.
Hal itu disampaikan kepala perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto usai menggelar forum bisnis 2016. "Perlu, sangat perlu sekali bandara di wilayah sini," ujarnya.
Agar bandara segera terealisasi, semua kepala daerah di eks karesidenan kediri harus duduk bersama dan tidak mengedepankan ego masing-masing. "Semua kepala daerah harus kompak dulu," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kediri Masykuri Ihsan yang hadir dalam forum itu mengaku proses bandara tinggal menunggu waktu. Sebab, pihak Pemkab kediri sudah melakukan feasibility study (FS) dan tinggal menunggu persetujuan untuk Detail Engineering Design.
"Dari beberapa kota dan kabupaten diwilayah eks karesidenan dan wilayah barat jawa timur, baru kita yang siap dengan FS-nya,” ujarnya.
Menurut Masykuri, ada tiga lokasi yang dilakukan FS untuk bandara. Yakni, di kecamatan Plosoklaten, Kunjang dan Tarokan.
Sementara itu, menurut Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar, dari beberapa wilayah di eks karesidenan Kediri paling pas di wilayah kabupaten Kediri. “Paling pas di kabupaten, karena pas tengah-tengah,” jelasnya. (rif/rev)
Emil mengatakan riset yang dia lakukan bersama beberapa kepala daerah di wilayah eks-Karisidenan Kediri menunjukkan peran penting bandara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Selama ini warga di tujuh kota/kabupaten eks-Karisidenan Kediri yang terdiri dari Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten/Kota Blitar, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Trenggalek membutuhkan waktu sangat lama untuk menggunakan jasa pesawat terbang.
Selama ini masyarakat mengandalkan dua bandara Abdurahman Saleh Malang dan Juanda di Sidoarjo sebagai akses transportasi udara. Padahal jarak kedua bandara tersebut sangat jauh dan mencapai di atas 100 kilometer untuk kawasan yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa seperti Trenggalek dan Pacitan.
Jauhnya akses transportasi menuju bandar udara ini cukup menghambat akses masyarakat maupun barang di wilayah eks-Karisidenan Kediri. Sebab satu-satunya alat transportasi yang tersedia hanyalah jalur darat yang menghubungkan wilayah itu dengan kota besar lain yang cukup padat.
Suami artis Arumi Bachsin ini menambahkan pembangunan bandara ini nanti akan mendongkrak keluar masuknya distribusi barang ke Trenggalek, di samping jalur laut yang saat ini juga tengah dibangun pemerintah daerah setempat. Saat ini pemerintahan Emil juga telah menyiapkan pembangunan infrastruktur maritim di beberapa titik kawasan pantai yang berbatasan dengan perairan laut selatan.
Selama ini Kabupaten Trenggalek mengklaim memiliki potensi alam laut yang cukup besar. “Namun arus barang lewat laut dan darat tidak secepat udara,” katanya.
Khusus untuk pembangunan bandara ini, Emil menegaskan dirinya tidak berambisi membangun di wilayah Trenggalek. Bandara ini, menurut dia, bisa didirikan di kabupaten/kota manapun di wilayah eks-Karesidenan Kediri. “Kami tidak ngotot harus di Trenggalek, karena paradigma bandara ini untuk membuka akses ekonomi wilayah eks-Karisidenan Kediri,” tegasnya.
Dia juga optimis kesepakatan para kepala daerah mendirikan bandara ini bisa segera direalisasi seiring terbitnya sinyal positif dari Kementerian Perhubungan. Saat ini pemerintah dan Panglima TNI tengah mengkaji pembukaan wilayah udara di kawasan ini yang sebelumnya menjadi zona latihan pesawat militer Lanud Iswahjudi Magetan.
HARI TRI WASONO
_________________________________